proposal penelitian pura luhur pucak padang dawa
(I GEDE EKA WINDU SAPUTRA)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
(Titib, I Made:1989) Pura merupakan salah satu tempat yang mempunyai
nilai sacral dan sangat disucikan oleh umat Hindu di Indonesia, karena Pura merupakan
bagian pertama yang mempunyai fungsi secara khusus untuk kepentingan sosial religius keagamaan yaitu sebagai
tempat sembahyang atau sujud bhakti untuk memuja kebesaran Ida Hyang Widhi Wasa
dan segala manifestasinya. Umat Hindu bukanlah menganut kepercayaan yang
politheisme, karena membangun banyak Pura, seperti Pura Kahyangan Tiga, Pura
Sad Kahyangan, Pura Kahyangan Jagad, Pura Swagina dan Pura yang lainnya. Akan
tetapi umat Hindu menganut paham atau kepercayaan yang monotheisme, karena yang
di stanakan di pura – pura tersebut adalah prabhawa atau manifestasi Ida Hyang
Widhi Wasa dengan berbabagai Kemahakuasaannya.
Pada zaman dahulu salah seorang tokoh besar
Agama Hindu dari Jawa datang ke Bali, beliau bernama Mpu Kuturan, Beliau datang
ke Bali pada masa pemerintahan Sri Udayana Warmadewa ( pada abad ke X ). Mpu
Kuturan sangat berjasa besar dalam pembinaan umat Hindu khususnya dalam
mendirikan Pura Kahyangan Tiga, yang dibangun di tiap – tiap desa pekraman
Bali. Namun lain halnya dengan umat Hindu di luar Bali, pembangunan Pura
Kahyangan Tiga di bangun secara TRI TUNGGAL, dimana dalam hal ini pura dibangun
sebagai tempat pemujaan bersama untuk pengikat kebersamaan umat dalam satu desa
yang mengikat.
Pada abad ke XVI datanglah seorang tokoh
agama yang arif bijaksana dan berjasa besar dalam bidang agama Hindu, beliau
bernama Dang Hyang Dwi Jendra yang berasal dari Jawa Timur. Di Bali beliau
terkenal dengan sebutan Pedanda Sakti Wau Rauh, beliau sangat banyak
mengajarkan ajaran-ajaran keagamaan dan tata cara pelaksanaan upacara agama,
sehingga dalam pelaksanaan upacara agama Hindu dikenal dengan adanya Tiga
tingkatan upacara Yadnya yang terdiri dari :
-
Tingkat Nista
-
Tingkat Madya
-
Tingkat Utama
Sehingga pelaksanaan upacara agama Hindu
tersebut telah menjadi tradisi luhur bagi umat Hindu di Bali dan di luar Bali.
Dimanapun mereka berada, sampai saat ini ketiga tingkatan upacara yadnya
tersebut masih menjadi pedoman di dalam menjalankan upacara kegamaan, yang
otomatis menjadi tanggung jawab seluruh umat Hindu.
Adapun keberadaan Pura
Luhur Pucak Padang Dawa, pura ini di bangun di atas puncak bukit padang dawa dengan alam yang sangat indah.
Pura Luhur Pucak Padang Dawa yang berlokasi di desa Bangli, Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan, di empon oleh enam (6) desa pakraman seperti : Desa pakraman Apit
Yeh, Desa Pakraman Umapoh, Desa Pakraman Titigalar, Desa Pakraman Bangli, Desa
Pakraman Munduk Andong, Desa Pakraman Sandan. Pura di Bali yang jumblahnya
ribuan dan ini dibagi menjadi beberapa golongan, karena pada kenyataannya tidak
semua pura merupakan tempat pemujaan bagi masyarakat umum karena ada
kemungkinan pura tersebut pemujaan kelompok orang/masyarakat yang menganggab
dirinya tunggal, sung sungan/penyungsung.(Jamaina: 2007:02).
Seperti diketahui
berdasarkan pada masyarakat penyungsung pura di Bali di Klasifikasikan atas
beberapa kelompok yaitu:
a.
Pura kawitan
yaitu : Pura tempat pemujaan yang berdasarkan Wit / asal karena faktor
genealogis misalnya : sanggah / merajan, kawitan, dadia.
b.
Pura suagina
yaitu : Pura tempat pemujaan diikuti oleh propesi yang sama dalam suatu sistem
mata pencaharian, misalnya: pura subak / pura ulun suwi, pura melanting.
c.
Pura
kahyangan tiga yaitu : pura yang ada pada tiap – tiap desa pekraman yang
penyungsungannya adalah waarga masyarakat yang ada diwilayah desa pakraman
tersebut, seperti pura desa, pura puseh, pura dalem, yang merupakan wahana
pemujaan tri murti.
d.
Pura
kahayangan jagat yaitu : pura yang umum tempat pemujaan kebesaran ida sang
hyang widhi, dalam segala prabhawanya / manifestasinya, seperti pura dhang
kayangan dan kahyanagan jagat (Sudarsana, dalam ngurah putra, 2001: 3)
Dari pengklasifikasian tersebut diatas,
dapat disimpulkan bahwa pura luhur pucak padang dawa tergolong dalam pura
kahyangan jagat.
Mengenai judul ini penulis memandang
sangat penting diadakan penilitian lebih lanjut untuk mengetahui dan mendalamai
asal usul (sejarah), struktur dan fungsi serta perspektif pendidikan agama
Hindu yang terkandung didalamnya. Salah satu keunikan yang terdapat di Pura
Luhur Pucak Padang Dawa
disamping difungsikan sebagai Pura kahyangan jagat juga sebagai tempat memohon
pengobatan ( tetambaan ) dan juga tempat memohon pasupati dari sang hyang
pasupati yang melinggih di sana. Dari hal – hal penting diatas inilah yang
menjadikan salah satu alasan untuk mengkaji dan meniliti lebih lanjut dengan
tema :
EKSISTENSI PURA LUHUR PUCAK PADANG DAWA DESA BANGLI KECAMATAN
BATURITI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI (PERSPEKTIF
AGAMA HINDU ).
1.2. Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang masalah
tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalan diantaranya sebagai berikut
:
a.
Bagaimanakah Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan
Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali?
b.
Bagaimanakah Struktur dan Fungsi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli,
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali?
c.
Nilai-nilai Pendidkan Agama apa sajakah yang terdapat
pada Pura Luhur Pucak Padang Dawa
Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali?
1.3. Tujuan Penelitian
Berhasil tidaknya suatu tujuan yang
dicapai sangat ditentukan oleh perencanaan dan rumusan masalah yang jelas. Hal
ini nantinya dapat dijadikan pedoman mengenai apa yang dikerjakan. Adapun
tujuan penilitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dibidang keagamaan terkait dengan Pura Luhur Pucak Padang Dawa.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa
2.
Untuk mengetahui Struktur dan Fungsi dari Pura Luhur Pucak Padang Dawa
3.
Untuk mengetahui Nilai – Nilai Pendidikan Agama Hindu
yang terdapat Pura Luhur Pucak
Padang Dawa
1.4. Manfaat Penelitian
Sebuah penilitian sudah tentu diharapkan
akan menghasilkan manfaat. Dengan demikian manfaat yang penulis maksud dalam
proposal ini dapat dilihat dari dua segi yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis adapun uraiannya adalah sebagai berikut :
1.4.1. Manfaat Teoritis
Karya tulis ini adalah merupakan sebuah
usaha kerja keras agar dapat mengembangkan materi yang didapatkan pada waktu
kuliah dengan mengaitkan terhadap kenyataan di lapangan.
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan menambah
wawasan. Selain itu ini dapat dijadikan acuan (pustaka).
1.4.2. Manfaat Praktis
1.
Bagi masyarakat Desa Bangli, hasil penelitian ini
nantinya dapat dijadikan salah satu sumber bacaan untuk memahami Pura Luhur Pucak Padang Dawa
2.
Bagi lembaga pendidikan (kampus), hasil penelitian ini
sebagai motivasi dalam mengembangkan system pendidikan yang berbasis sosial
terkait dengan keberadaan Pura Luhur Pucak Padang Dawa Bagi penelitian, hasil penelitian ini sebagai fefrensi
untuk penelitian selanjutnya.
|
KAJIAN
PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI
2.1.
Kajian
Pustaka
Kajian pustaka penelitian
digunakan untuk menganalisis dokumen – dokumen yang membuat informasi yang
berkaitan dengan Masalah penelitian. Suprayoga dan Tabroni (2001), menyatakan
bahwa kajian kepustakaan meliputi pengidentifikasian secara sistematis penemuan
dan analisis – analisis dokumen – dokumen yang memuat informasi – informasi
yang berkaitan dengan maslah penelitian. Adapun beberapa hasil penelitian yang
penulis jadikan kajian pustaka adalah sebagai berikut :
Adnyana (2012) dalam skripsinya
yang berjudul eksistensi Pura Gunung Tap
Sai di Banjar Adat Puregai Kecamatan Rendang Kabupaten Karang Asem
(perspektif pendidikan Agama Hindu). Hasil penelitiannya menjelaskan struktur
Pura gunung tap sai terdiri dari tiga
halaman yakni Jaba sisi (Nista Mandala), jaba
tengah (Madya Mandala) dan Jeroan (Utama Mandala), Pura Gunung Tap Sai
memiliki dua fungsi yakni Fungsi Religius dan Fungsi Sosial, Adnyana juga
menjelaskan pura gunung tap sai memiliki nilai-nilai pendidikan agama hindu yang
meliputi Nilai Religius, nilai Tatwa, nilai Etika, nilai Sosial dan nilai
Estetika, dilihat dari hasil penelitian adnyana puragunung tap said an pura kauh
memiliki kesamaan struktur hanya saja struktur Pura Kauh di bagian Jeroan
(Utama Mandala) di bagi menjadi dua bagian yaitu Mandala Luhur dan Mandala
Alit. Kontribusi penelitian Adnyana dalam penelitian ini adalah untuk
membantu menganalisis permasalahan, struktur, fungsi dan nilai-nilai pendidikan
agama hindu yang terdapat di Pura Puncak Luhur Patila.
Diputra, (2010) dalam Skipsinya
yang berjudul Eksistensi Pura Sibi Agung di desa pakraman Kesian, Desa Lebih,
Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar (perspektif pendidikan agama hindu). Hasil
penelitiannya menjelaskan struktur Pura Sibi Agung terdiri dari tiga halaman
yakni Jaba Sisi atau Nista Mandala, jaba tengah atau Madya
Mandala, dan Jeroan atau Utama mandala, Diputra juga menjelaskan
fungsi Pura Sibi adalah untuk menyimpan Arca-arca Kuno yang dulunya berserakan,
sebagai cagar budaya serta untuk memuja tuhan serta manifestasi beliau agar
senan tiasa di berikan keselamatan. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam
Pura Sibi Agung adalah nilai tatwa, etika, upakara, nilai sosial dan nilai
estetika. Kontribusi dari penelitian Diputra akan membantu dalam menganalisis
permasalahan Nilai-nilai pendidikan yang terdapat di Pura Luhur Pucak Padang
Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali
(Perspektif Pendidikan Agama Hindu).
Ardana, (2009) dalam skripsinya
yang berjudul”Eksistensi Pura Watu Klotok sebagai linggih penyucian Ida Batara
Besakih di Desa Tojan Kecamatan
Klungkung Kabupaten Klungkung (Kajian Pendidikan Agama Hindu)” dinyatakan bahwa
Pura Watu Klotok sebagai salah satu Pura yang ada di Desa Tojan yang berperan
efektif sebagai salah satu
Media pendidikan yaitu Sebagai Linggih Penyucian Ida Bhatara Besakih di Desa
Tojan nilai pendidikan yang terdapat dalam penelitian ini mengenai bentuk
Sradha dan Bhakti Generasi muda untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan
ajaran agama hindu secara menyeluruh. Jika ditinjau dari permasalahan yang
dibahas dalam penelitian Ardana lebih memfokuskan pada peranan Pura Watu Klotok
sebagai Linggih Penyucian Ida Bhatara Besakih sebagai salah satu media
pendidikan bagi para generasi muda hindu di desa Tojan, mengacu pada hal ini
dapat diketahui penelitian yang sekarang mempunyai kelebihan karna tidak hanya
membahas Struktur pura, Eksistensi Pura tetapi juga membahas Fungsi Pura dan
nilai-nilai pendidikan agama hindu yang terkandung didalamnya. Kontribusinya
terhadap penelitian ini adalah membantu dalam menganalisis permasalahan tentang
fungsi Pura Luhur Pucak Padang Dawa
Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Mardianta,
(2008) dalam skripsinya yang berjudul
Pura Gerombongan di Desa Pakraman Batu Ringgit Kecaman Kubu Kabupaten
Karangasem Tinjauan Pendidikan Agama Hindu, membahas tentang bentuk pura
Gerombong Terdiri dari dua halaman yakni Madya
Mandala dan Utama Mandala. Fungsi
Pura Gerombongan adalah untuk mkenghormati jasa-jasa Dang Hyang Nirarta dalam usahanya membebaskan masyarakat dari
segala musibah, serta sebagai sarana sosial bagi masyarakat secara umum.
Nilai-nilai yang terdapat dalam Pura Gerombong adalah nilai pendidikan Tatwa yakni memperkuat keyakinan
masyarakat akan kebesaran Tuhan Yang dapat membebaskan masyarakat dari wabah
penyakit, sebab meyakini bahwa wabah itu merupakan akibat dari perbuatan roh
jahat yang tidak kuasa ditanggulangi oleh manusia, oleh karena itu manusia
memohon kepada Tuhan. nilai pendidikan etika yakni melatih sikap agar
senantiasa dapat berbuat dan berprilaku sesuai dengan norma yang berlaku dan
dilandasi oleh ajaran Tri Kaya Parisudha. Nilai pendidikan Upacara yakni
mendidik masyarakat untuk tetap melaksanakan kegiatan yang bersifat Ritual sebagai
upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya ini dilakukan sebagai Wujud
Bhakti dan penyapaian rasa terimakasih atas Anugrah yang diberikannya. Dengan
pendidikan Estetika yakni terlihat dari proses pembuatannya yang dihiasi dengan
berbagai hiasan disamping memiliki nilai Magis juga mengandung unsur seni.
Mengacu pada hal ini penelitian yang sekarang mempunyai kelebihan disamping
membahas Eksistensi, juga membahas fungsi struktursl bangunan pura serta
mengkaji nilai-nilai pendidikan agama hindu. Kontribusi dari peneltian
Mardianta terhadap penelitian ini adalah sebagai penunjang dalam mengkaji
permasalahan tentang fungsi, serta nilai pendidikan agama hindu yang terdapat
dalam Pura Luhur Pucak Padang Dawa
Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
Suarsana, (2003) dalam bukunya
Pura Kehen sebagai pemersatu Krama Bangli menjelaskan Pura Kehen Pada dulunya
bernama Hyang Api kemudian bernama Pura Kehen, Struktur Pura Kehen terbagi
menjadi tiga halaman, halaman pertama Jaba
sisi atau Nista Mandala, Jaba Tengah atau Madya Mandala dan Jeroan
atau Utama Mandala. Keunikan dari
pura ini terletak pada Kulkul yang berada diatas Pohon Bringin yang tumbuh
dihalaman Jaba tengah atau Madya Mandala, Buku ini juga menjelaskan Pura Kehen
Merupakan Pemersatu Krama Bangli ketika kerajaan Bangli dahulu kala mengalami
wabah penyakit. Kontribusi terhadap penelitian ini adalah untuk membantu
membedah struktur, Fungsi dan keunikan dari Pura Luhur Pucak Padang Dawa.
2.2.
Konsep
Dalam sebuah penelitian konsep
sangat penting agar dapat membangun teori. Konsep merupakan suatu pengertian
yang terlebih dahulu harus dipakai dalam suatu penelitian ilmiah. Dalam hal ini
pengertian konsep adalah istilah yang menunjuk pada suatu pengertian tertentu (
Gulo, 2004:8 ).
Anwar dalam kamus lengkap Bahasa
Indonesia (2001:214) mengatakan bahwa konsep berarti rancangan surat – surat,
sedangkan konsepsi ini berarti pendapat, pangkalan pendapat, rancangan, cita –
cita dan sebagainya yang telah ada dalam fikiran.
Landasan konsep yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pusataka untuk memecahkan masalah penelitian.
Landasan konsep dalam penelitian ini memuat uraian sistematis tentang pemikiran
yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Penulis mencari
pengertian – pengertian atau konsep – konsep yang relevan dengan variabel –
variabel yang menjadi topik dalam penelitian ini, sehingga diperoleh pemahaman
yang komperhensip terhadap permasalahan yang dikemukakan berturut – turut,
yaitu : (1) Eksistensi (2) Pura (3) Struktur
(4) Fungsi (5) Perspektif Pendidikan Agama Hindu.
2.2.1 Eksistensi
Depdiknas (2008:357) menyebutkan
bahwa Eksistensi adalah hal berada, keberadaan, kehidupan. Eksistensi bisa juga
kita kenal dengan satu kata yaitu keberadaan. Keberadaan yang dimaksud adalah
adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Eksistensi ini perlu
“diberikan” orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang
sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan kita diakui. Tentu akan terasa
sangat tidak nyaman ketika kita ada namun tidak satupun orang mengangap kita
itu ada oleh karena itu pembuktian akan keberadaan kita dapat dinilai dari beberapa
orang yang menanyakan atau setidaknya
merasa sangat membutuhkan kita jika tidak ada. Dari uraian yang telah dipaparkan
maka eksistensi dapat diartikan dengan keberadaan suatu hal yang nantinya
digunakan untuk mengungkapkan sesuatu.
2.2.2 Pura
Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang pengertian
pura maka kami akan menguraikan dari segi arti katanya. Kata pura berasal dari
bahasa sansekerta dari urat kata “pur” yang berarti kota atau benteng
(soetmalder, dalam kamus jawa kuno – indonesia, 1995:882) dari pengetahuan ini
maka dapat diprediksikan bahwa adanya suatu tempat
khusus bagi keperluan tertentu dengan dipagari oleh suatu benda ataupun
pelindung dari tempat yang ada didalam. Yang kami maksud pura, karena arti kata
pura itu adalah benteng, maka didalam lingkungan pura terdapat peraturan –
peraturan tertentu yang melarang orang sembarangan untuk masuk, melarang hal-hal
yang kurang baik menurut ajaran etika dan moral untuk dilakukan dipura. Perlu diketahui
bahwa orang yang dimaksud dilarang untuk masuk kedalam areal pura adalah orang
yang sementara dalam keadaan cuntaka/sebel (Bahasa Bali). Begitu pula halnya
pada wanita tidak boleh masuk ke areal pura apabila dia sedang mengalami haid
(menstruasi). Perlu juga diketahui bahwa tujuan dan fungsi tempat
suci dibangun secara khusus adalah sebagai tempat untuk menghubungkan diri
dengan Sang Hyang Widhi Wasa serta Prabhawanya untuk mendapatkan Wara Nugraha (
Soebandi, 1983:20).
Di jawa kata “Pura” berarti rumah
raja atau petinggi pejabat pada zaman dahulu seperti Madakarya Pura, Pura Paku
Alam dan lain sebagainya. Di dalam perkaembangan sejarah Bali, bahwa di bali
sebelum Abad ke – XVII, kata pura masih berarti rumah raja seperti Ringga Pura,
Succa Pura dan Semara Pura. Sedangkan tempat suci di Bali di sebut kahyangan.
Sejak abad ke-XVII istilah pura sebagai sebutan rumah raja, berubah
pengertiannya diuraikan menjadi tempat suci, sedangkan rumah raja tidak lagi
disebut pura melainkan disebut puri. Maka itulah muncul istilah pura dan puri
sekarang ini.
Keberadaan tempat suci oleh umat
Hindu dipandang sebagai yang sangat utama dalam ibadah agama, yang merupakan
sarana bagi umat yang akan menghubungkan dirinya dengan dunia kesucian. Karena
untuk dunia kesuciannya, kesakralannya dan kekeramatannya mulai dari awal
pendiriannya. Pemilihan bahan, sampai pada pelaksanaan upacaranya dengan segala
konsep – konsep dasar yang melandasi tidak bisa diabaikan begitu saja.
Kesemuanya itu dilakukan guna mendapatkan kepuasan dan kedamaian bathin. Bagi
orang yang beriman bila kedamaian bathinnya belum stabil tetap memandang bahwa
segala penderitaan yang dialami adalah merupakan ujian baginya, mereka tidak
akan pernah mencari jalan bagaimana Bhakti itu diwujudkan dalam arti yang
sebenarnya, baik beruapa sarana pemujaan, berupa tempat suci maupun persiapan –
persiapan lain yang diperlukan.
Lebih mendalam Wiana (1983)
memberikan penjelasan tentang pengertian dan fungsi pura dan perspektif
filosofi, bahwa pura pada hakekatnya merupakan lambang alam semesta seperti
tersirat dalam Anda Bhuana dan Kekawin Dharma Surya, yang mempunyai dua fungsi
pokok yaitu :
1.
Dewa Prastita adalah sebagai tempat pemujaan Dewa –
Dewa tertentu sebagai manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa.
2.
Atma Pratista adalah sebagai tempat pemujaan leluhur
atau roh yang disucikan secara ritual.
2.2.3 Pengelompokkan Pura
Pura merupakan tempat suci yaitu
tempat pemujaan oleh umat Hindu di Bali, bila ditinjau dari segi obyek/sasaran
pemujaan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu : Pura Umum dan Pura
Kahyangan Jagat adalah merupakan tempat pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi
Wasa atau sebagai manifestasi Beliau. Pura Kulawarga adalah tempat suci untuk
memuja roh para Rsi yang telah berstatus para Dewa – Dewa atau Betara – Betari.
Sedangkan ditinjau dari segi fungsi/status, pura yang ada di Bali dapat
dikelompokkan menjadi empat macam yaitu : (1) Pura Kahyangan Jagat (umum), (2) Pura Kahyangan Desa (
Teritorial), (3) Pura Swagina
( Fungsional), (4) Pura
Kulawarga (geneologis). Menurut (Soebandi, 2007:65), berhubungan dengan Pura
sebagai tempat suci umat Hindu, berikut kami uraikan sebagai berikut :
1.
Pura Kahyangan Jagat ( Umum )
Pura Kahyangan Jagat (umum) ini sebagai tempat pemujaan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang penyungsungnya berasal dari seluruh lapisan masyarakat, tidak
terikat oleh garis keturunan, kesatuan wilayan atau propinsi seseorang. Yang
termasuk pura Kahyangan Contohnya : Pura Besakih dan Pura – Pura Sad Kahyangan
lainnya.
2.
Pura Kahyangan Desa (Teritorial)
Pura Kahyangan Desa adalah pura yang mimiliki kesatuan desa adat sebagai
tempat pemujaan dari anggota masyarakat desa adat di wilayahnya. Pura Kahyangan
Desa ini adalah tempat suci untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta
berbagai manifestasi-Nya. Yang termasuk pura kahyangan desa adalah Pura Desa,
Pura Puseh, Pura Dalem dan yang lainnya.
3.
Pura Swagina (fungsional)
Pura Swagina adalah tempat suci untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
yang berhubungan dengan profesi mata pencaharian hidup, baik dalam bentuk
pertanian, nelayan, maupun pedagang. Adapun yang tergolong Pura Swagina seperti
Pura Subak, Pura Segara, Pura Melanting dan lain-lain. Pada intinya pura swagina
ini adalah pura yang disungsung oleh orang – orang yang mempunyai kekayaan.
4.
Pura Keluwarga
Pura Keluwarga adalah tempat suci untuk pemujaan – pemujaan pada leluhur
yang mempunyai ikatan garis keturunan, adapun pura yang termasuk Pura Keluwarga
adalah sanggah atau merajan, Pura Kawitan, Paibon, Kawitan, Dadya, sampai
pedarman (kesimpulan paruman sulinggih se Bali, 1997:1-2).
2.2.4 Pura Luhur Pucak Padang Dawa
Dilihat dari segi letak dan fungsinya Pura Luhur Pucak Padang Dawa ini sama dengan pura kahyangan
jagat lainnya, Pura ini dikenal sebagai
tempat untuk nunas pasupati. Karena kesakralan yang dimiliki oleh pura
ini, maka banyak sesuunan (Barong
dan Rangda) yang tangkil kepura ini untuk nunas pasupati. Sesuunan yang tangkil ke pura ini bukan
hanya dari daerah Kabupaten Tabanan
saja, kan tetapi dari
kabupaten yang ada di Bali khususnya di Bali bangian tengah yaitu : Kabupaten
Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli.
2.2.5 Perspektif
Perspektif menurut kamus Besar
Bahasa Indonesia juga dapat diartikan cara pandang (Poerwadrminta, 1984:743).
Dari pendapat diatas tentang perspektif, maka dalam penelitian pada Pura Luhur Pucak Padang Dawa dari pendidikan Agama Hindu.
2.2.6 Pendidikan Agama Hindu
Sebelum menguraikan tentang
pengertian Pendidikan Agama Hindu, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian
Pendidikan secara umum. Pendidikan Menurut UUR.I. No 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal
1 Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan peranannya di masa yang akan
datang. ( Hamalik,2011:3) Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik supaya mmenyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya.
Pendidikan adalah usaha sadar
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia baik didalam maupun
diluar sekolah. Menurut pernyataan dari beberapa para ahli dapat disimpulakan
sebagai berikut : pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan secara luas,
berencana terarah dan terus menerus yang ditempuh oleh seorang dalam rangka
untuk memajukan secara lahir dan batin, serta untuk mencapai kepribadian dan
sikap mental, budi pekerti serta melaksanakan amal kebutuhan (Nawawi, 2001:8).
Agama dalam bahasa sansekerta
berasal dari dua kata yaitu A dan Gam, A
berarti tidak dan Gam berarti
pergi, jadi Agama berarti tidak pergi. Tetap di tempat, langgeng, diwariskan
turun temurun. Dalam jiwa kerohaniannya agama itu adalah dharma dan kebenaran
abadi yang mencakup seluruh jaman kehidupan.
Hindu merupakan salah satu agama
yang ada di dunia yang memiliki latar belakang sejarah yang sangat unik. Agama
Hindu merupakan agama yang tertua di dunia. Dalam buku pengantar Agama Hindu
untuk perguruan tinggi dijeskan bahwa kata agama Hindu berasa dari bahasa
Yunani yaitu Hydras atau Hidas sebagai nama untuk menyebutkan kebudayaan atau
agama yang berkembang di lembah sungai Shindu, Hydras berarti air, dalam weda air berarti thirta. Sehingga Agama Hindu di Bali berarti Agama thirta karena dalam setiap pelaksanaan
kegiatan ritualnya selalu menggunakan thirta
(air). Thirta berarti pula suci.
Dari pengertian tersebut diatas
maka dapat dikatakan bahwa pendidikan agama Hindu merupakan suatu pendidikan
melalui ajaran agama Hindu dengan tujuan untuk meningkatkan sradha dan Bhakti anak terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa, meningkatkan
kecerdasan, keterampilan dalam menjalankan ajaran agama mepertinggi budhi
pekerti memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta
tanah air.
2.3.
Teori
Didalam pembuatah karya ilmiah
tentunaya menggunakan teori akan sangat diperlukan karena karya ilmiah akan
lebih sepmpurana apabila disertai oleh landsan teori. Landasan teori merupakan
pijakan atau dasar yang dipakai didalam membedah masalah, sehingga akan
didapatkan suatu rumusan hipotesis atau pertanyaan – pertanyaan yang dikaji.
Teori adalah alur logika atau
penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang
disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai 3 fungsi, yaitu untuk
menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control)
suatu gejala. ( Sugiyono,2013:54)
Dari uraian teori tersebut
diatas, sudah jelas bahwa teori sangat berguna untuk membantu memecahkan segala
permasalahan dalam penelitian ini. Didalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa bentuk teori untuk menguatka hasil penelitian yang didapat.
2.3.1. Teori Eksistensialisme
Istilah eksistensi berasal dari
kata eksistra (eks-keluar, sister-ada atau berada) dengan demikian eksistensi
memiliki arti sebagai sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya atau
sesuatu yang mampu melampui dirinya sendiri. (http://m.kompasiana.com/post/read/643602/3/konsep-teori-eksistensialisme).
Teori eksistensialisme menyatakan
bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di
dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi, cara beradanya tidak sama. Manusia
berada di dlam dunia; ia mengalami beradanya di dunia itu; manusia menyadari
dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan mengerti
yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon, batu, dan salah satu
diantaranya ialah mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Arti dari semua itu
adalah bahwa manusia merupakan subjek. Subjek artinya yang menyadari, yang
sadar. Dalam penelitian ini teori eksistensi yang dimaksud adalah suatu
keberadaan tentang Pura.
Maka dari itu sangat tepat
digunakan untuk menuntun pola pikir peneliti untuk mengkaji permasalahan yang
pertama mengenai eksistensi Pura di Pura Puncak Luhur Patila amatlah penting.
Di samping itu juga ingin mengungkapkan lebih dalam lagi tentang keberadaan Pura Luhur Pucak Padang Dawa.
2.3.2. Teori Fungsional Struktural
Menurut teori ini masyarakat
merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang
saling keterkaitan dan saling menyatu serta seimbang. (Ritzer, 2003:21)
Adat istiadat suatu bangsa
senantiasa membantu keseluruhan suatu sistem tersebut. Jumlah suatu
sistem-sistem di atas, dalam buku metodologi penelitian kebudayaan (Suardi
Endraswara). Menjelaskan tentang teori struktural dari Levis Straus, bahwa
fenomena budaya memiliki realitas yang lebih dari kenyataan empiris. Fenomena
yang sebenarnya adalah di balik realitas yaitu Fenomena Simbolis dan Semiotik.
Strukturalisme hasil pemikiran ilmiah tetapi masih tetap manusiawi.
Menurut Redeliffe Brown
(Endraswara, 2003:109), menolak sengan adanya fungsi yang tidak dikaitkan dengan
struktur sosial. Dalam kaitan ini ada sumbangan institusi sebagai upaya
pengekalan struktur sosial. Maka kunci pokok analisis fungsionalisme struktural
budaya adalah adanya asumsi dasar bahwa budaya bukan pemuas kebutuhan individu,
melainkan kebutuhan kelompok.
Redeliffe Brown berpandangan
bahwa dalam kehidupan manusia terdapat hubungan sosial yang khusus dan
membentuk satu keseluruhan yang ada seperti halnya struktur organik. Karena itu
dalam analisis fungsi hanya menghubungkan antara institusi sosial dan kebutuhan
manusia. Istilah fungsi dalam struktur sosial adalah fenomena sosial yang
dilihat dalam masyarakat manusia bukanlah semata-mata keadaan individu, tetapi
dilihat dari hasil struktur sosial yang menyatukan mereka.
Pura merupakan institusi
keagamaan selain sebagai tempat beribadah juga berfungsi sebagai tempat belajar
Agama yaitu Tattwa, Etika, dan upakara. Dalam kaitannya dengan Pura Puncak
Luhur Patila mempunyai fungsi yang sangat vital bagi masyarakat Agama Hindu khususnya
yang ada di sekitarnya.
2.3.3 Teori Nilai
Nilai merupakan tema baru dalam
filsafat aksiologi, cabang filsafat yang memlajarinya, muncul untuk yang
pertama kalinya pada paruh kedua abad ke-19. Adalah benar bahwa telah
mengilhami lebih daripada seorang filsuf, bahwa plato telah membahasnya secara
mendalam dalam karyanya, dan bahwa keindahan, kebaikan dan kekudusan merupakan
tema yang penting bagi para pemikir ddi sepanjang jaman.
Dalam hakekatnya nilai merupakan
kualitas yang tidak tergantung pada benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai
ketidaktergantungan ini mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas a
priori. Selain itu, nilai itu mutlak, nilai tidak dikondisikan oleh perbuatan,
tanpa memperhatikan hakekatnya, nilai itu bersifat historis, sosial, biologis
atau murni individual. Hanya pengetahuan kita tentang nilai yang bersifat
relatif, bukan nilai itu sendiri ( Frondizi, 2011:114-115).
Pengertian nilai banyak sekali
yang dipaparkan oleh beberapa filsuf yang membahas mengenai pengertian nilai
tersebut : 1) bagi Koentjaraningrat, nilai adalah ide-ide yang mengkonsepsikan
hal-hal yang paling bernilai di dalam kehidupan. Konsepsi-konsepsi serupa itu
biasanya luas dan kabur. Justru karena kabur atau irasional biasanya berakar
dalam bagian emosional dari alam jiwa manusia, dalam pendekatan lain dinyatakan
bahwa nilai muncul dari konflik. 2) Bagi Plato nilai adalah esensi – esensi
yang dikenal oleh institusi dan termuat dalam semacam alam hierarkis, pada periode modern yang ditandai minat semakin besar
pada aksiologi.
Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa nilai adalah ajaran-ajaran atau tuntunan kemanusiaan untuk kehidupan
manusia dalam iteraksinya dengan lingkungannya sesuai dengan sifatnya baik
bersifat normatif ataupun sosial. Terkait dengan penelitian ini, teori nilai
digunakan untuk menuntun pola pikir peneliti untuk mengkaji permasalahan yang
ketiga mengenai nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu terhadap keberadaan Pura Luhur Pucak Padang Dawa.
|
METODE PENELITIAN
Pada umumnya upaya memperoleh
data salam suatu penelitian digunakan berbagai macam metode. Kebenaran suatu
pengetahuan yang diperoleh dalam melakukan penelitian sangat tergantung pada
metode yang digunakan, karena metode digunakan sebagai jalan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. dengan kata lain bahwa metode sangat menunjang
keberhasilan suatu penelitian.
Metode
berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata “methodes”
yang artinya cara atau jalan (Koenjtaraningrat, 2005). Jadi metode merupakan
suatu cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Tercapai atau tidaknya tujuan yang diinginkan tergantung kepada metode yang
digunakan. Tujuan dari suatu penelitian terutama dalam suatu ilmu pengetahuan
adalah untuk menemukan, mengembangkan dan pengujian. Untuk mencapai kepada
tujuan tersebut diperlukan metode yang tepat dan dapat dipertangung jawabkan
secara ilmiah, sehingga dapat diterima oleh dunia ilmu pengetahuan.
Berdasarkan
uraian diatas tentang pentingnya metode dalam suatu penelitian, oleh karena itu
dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan metode-metode sebagai
berikut : 1) Jenis dan Pendekatan Penelitian, 2) Lokasi dan Waktu Penelitian,
3) Jenis dan Sumber Data, 4) Objek dan Subjek Penelitian, 5) Teknik Penentuan
Informan, 6) Metode Pengumpulan Data, 7) Metode Analisis Data.
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti
sebagai instrumen kunci (Sugiyono,2010:15). Hal ini berarti bahwa penelitian
kualitatif bekerja dalam seting yang alami yang berupaya untuk memahami,
memberi tafsiran pada fenomena-fenomena yang benar-benar terjadi yang dilihat
dari arti yang diberikan orang – orang kepadanya.
d.
Sehubungan dengan penelitian yang dilaksanakan ini,
maka jenis penelitian yang dilaksanakan adalah kualitatif, karena dalam
penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta atau masalah – masalah yang
diselidiki, terutama kaitannya dengan masalah Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli,
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali dengan jalan mengungkapkan secara dipergunakan dalam penelitian ini
menyeluruh gejala atau fenomena yang berhubungan dengan topik penelitian yang
sedang dilaksanakan. Sedangkan pendekatan yang adalah pendekatan deskriptif
kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah suatu pendekatan yang
dirancang untuk memperoleh informasi tentang suatu gejala pada saat penelititan
dilakukan, mengingat permasalahan yang ingin diangkat merupakan masalah
pendidikan Agama Hindu yang perlu diungkapkan baik dari segi fungsi dan nilai
pendidikan Agama Hindu.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan Lokasi penelitian
sangatlah penting dalam penelitian, agar tidak melebarnya permasalahan yang
dibahas. Pada umumnya lokasi penelitian adalah untuk mengetahui keterbatasan
geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga (Maleong, 2001:86).
Lokasi merupakan bagian penting dalam melakukan suatu penelitian, penelitian
tidak dapat dilaksanakan tanpa ditentukan lokasi terlebih dahulu.
a.
Berdasarkan judul penelitian, maka lokasi penelitian
sudah ditetapkan yakni Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan,
Provinsi Bali. yang
terletak di puncak bukit pandang
dawa. Lokasi penelitian yang sulit dijangkau dan memiliki tingkat kesakralan tinggi serta kondisi
lingkungan yang sejuk cocok untuk melakukan penelitian.
3.3 Jenis dan
Sumber Data
Jenis data dapat dibedakan
menjadi dua jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif merupakan data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik
berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata sedangkan data kuantitatif merupakan
data yang berhubungan dengan pengolahan angka, perhitungan atau seluruh data
yang dapat dinyatakan dengan pengolahan angka, perhitungan atau seluruh data
yang dapat dinyatakan dengan perhitungan angka. Jenis data dalam penelitian ini
adalah data kualitatif yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik
berwujud pertanyaan atau berupa kata – kata (Ridwan, 2004:106).
Data adalah merupakan sumber
keterangan tentang suatu hal sebelum digunakan dalam proses analisis, data itu
perlu dikelompokkan terlebih dahulu. Data juga dikatakan sebagai sumber
informasi yang dapat dikembangkan sehingga dapat memberikan jawaban dari
rumusan masalah. Berdasarkan sumber pengambilannya, data dapat dibedakan menjadi :
3.3.1 Data Primer
Data primer data yang diperoleh
dengan melakukan observasi atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti
atau yang bersangkutan yang memelukannya dengan metode wawancara dan observasi.
Data primer ini, disebut juga data asli (Iqbal, 2002:82).
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini, biasanya
diperoleh dari perpustakaan atau laporan penelitian terdahulu. Data sekunder
disebut juga data tersedia (Iqbal, 2002:82).
Jenis dan sumber data yang
didapatkan di lapangan merupakan kunci utama untuk dapat menghasilkan bentuk
penelitian yang efektif dan efisien. Sehingga penelitian yang dilakukan
memiliki kegunaan terhadap perkembangan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan
pendidikan dan pelestarian budaya dalam agama.
3.4 Subjek dan Objek Penelitian
Dalam suatu penelitian ditentukan oleh
subjek dan objek penelitian yang nantinya digunakan sebagai sumber pendukung
untuk penelitian.
3.4.1.
Subjek Penelitian
a.
Subjek adalah suatu hal yang menjadi
sumber data. Sumber data dapat berupa, person
(sumber data berupa orang), place (sumber
data berupa tempat) dan paper (sumber
data berupa huruf, angka, gambar dan simbol – simbol lainnya). Subjek
penelitian adalah setiap individu yang akan diselidiki atau yang akan diteliti
(Arikunto, 2002:107). Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah warga di Desa
Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
3.4.2
Objek Penelitian
Sebelum memahami objek, perlu
kiranya diketahui pengertian variabel dalam penelitian. Variabel adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Arikunto,2002:96). Dalam rangka untuk memperoleh data sesuai dengan sasaran
yang dituju, maka dipandang perlu menetapkan objek penelitian.
a.
Dari
definisi tersebut dapat diartikan bahwa objek merupakan sasaran penelitian atau
target riset ilmiah yang akan dipecahkan pembahasannya. Dalam penelitian ini
yang menjadi objek penelitian adalah Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan
Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
.
3.5 Teknik Penentuan Informan
Informan adalah orang yang memberi
informasi, disebut juga sumber informasi. Informan ini juga disebut subjek yang
diteliti, karena ia bukan saja sebagai sumber data melainkan pelaku yang ikut
menentukan hasil tindakan sebuah penelitian berdasarkan informasi yang
diberikan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti dan narasumber (informasi)
memiliki kedudukan yang sama. Peneliti harus pandai-pandai menggali data dengan
cara membangun kepercayaan, keakraban dan kerjasama dengan subjek yang
diteliti, disamping tetap kritis dan analisis (Suprayogo dan Tabroni,2001:163).
Pemilihan informan dengan teknik snowball merupakan teknik terbaik dalam
penelitian kualitatif terutama dalam hal-hal penelitian topik-topik yang
sensitif atau populasi yang sulit dijangkau (Iskandar,2013:222).
Pemilihan informan dengan teknik snowball merupakan teknik terbaik dalam
penelitian kualitatif terutama dalam hal-hal penelitian topik-topik yang
sensitif atau populasi yang sulit dijangkau (Iskandar, 2013:222).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik
penentuan informan secara snowball
sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data,
yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama – lama menjadi besar. Hal ini
dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu
memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat
digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan
semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.
(Sugiyono,2013:219).
a.
Berdasarkan uraian diatas maka informasi atau data yang
ingin dicari akan diperoleh melalui wawancara terhadap sampel yang telah
ditentukan dalam hal ini sampel yang dimaksud adalah orang yang mengetahui
informasi tentang eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten
Tabanan, Provinsi Bali.
.
3.6 Metode Pengumpulan
Data
Metode Pengumpulan
data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama
dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan (Sugiyono, 2010:308).
Dalam
penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti : (1)
Observasi, (2) Wawancara; dan (3) Studi Dokumentasi.
3.6.1 Metode Observasi
Redana (2008:136) disebutkan bahwa
“Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas Observasi sebenarnya
tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung”. Dapat dikatakan bahwa teknik observasi adalah suatu
usaha pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada saat
mengadakan pengamatan maupun setelah terjadi pengamatan.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa
teknik observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan
pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian (Nawawi, 2005:75).
e.
Teknik observasi bertumpu pada mekanisme pengamatan.
Jenis observasi yang di pakai bisa observasi partisipan dan observasi sistematik
(Redana, 2008:141). Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi
partisipan, yaitu observasi yang melakukan pengamatan langsung atau turut
mengambil bagian dalam kehidupan atau berada bersama objek yang diobservasi.
Jadi peneliti dalam hal ini ikut terjun kelapangan secara langsung untuk
mengetahui keberadaan Pura Luhur Pucak
Padang Dawa
, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan
sampai mengetahui pada tingkat makna pura tersebut.
3.6.2 Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga untuk mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2010:317).
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit/kecil. Teknik pengumulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang
diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya
pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sebagai penelitian dalam
penggunaan metode interview adalah
bahwa subjek adalah informan yang tahu tentang dirinya sendiri, tentang
tindakannya secara ideal yang akan diinformasikan secara benar dan dapat
dipercaya (Sugiyono,2013:137-138).
Dengan demikian wawancara merupakan suatu
cara untuk memperoleh data dengan jalan melakukan tanya jawab yang sistematis.
Wawancara ada dua jenis yaitu wawancara terbuka (tidak berstruktur) dan
wawancara tertutup (terstruktur). Wawancara terbuka adalah suatu teknik
wawancara yang membiarkan informan berbicara sesuai dengan pengalaman,
pengetahuan dan pandangan mereka. Wawancara tertutup adalah teknik wawancara
dimana informan memberikan jawaban atas pertanyaan yang akan diajukan peneliti
sehingga jawaban yang diberikan sesuai dengan kehendak peneliti.
Teknik wawancara digunakan dalam
penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh data-data atau keterangan tentang
Pura Luhur Pucak Padang Dawa
di Desa Bangli. Terkait dengan judul penelitian ini maka teknik wawancara yang
digunakan yaitu teknik wawancara terbuka (tidak berstruktur) karena memberikan
ruang yang luas kepada informan untuk memberikan jawaban yang seluas-luasnya
sesuai dengan pengalaman,pengetahuan dan pandangan mereka mengenai Pura
tersebut, namun dalam hal ini penulis hanya membuat pedoman wawancara berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan terkait dengan data yang
ingin diperoleh mengenai Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa. Hal tersebut dilakukan agar jawaban informan
mempunyai dasar ketika informan tidak menjawab bagian atau indikator
permasalahan yang hendak diteliti.
3.6.3
Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono,2010:329). Teknik dokumentasi adalah metode
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek peneliti, namun
melalui dokumen. Dokumentasi merupakan barang-barang tertulis di dalam buku
panduan praktis penulis karya ilmiah dan proposal riset menurut Lofland “sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleoang dalam Redana
2006:167).
Terkait dengan penelitian ini penulis
mendokumentasikan beberapa hal yang berkaitan dengan Pura Luhur Pucak Padang Dawa tersebut melalui
foto-foto, buku-buku dan data lain yang diambil pada saat proses penelitian
sebagai penguat atau bukti pengumpulan data selama penelitian. Penulis dalam
penelitian ini juga memadukan antara studi kepustakaan dengan hasil studi
lapangan karena keduanya bersifat complimentary (saling melengkapi) dalam
mengadakan proses analisis.
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit melalui sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
(Sugiyono,2010:335).
f.
Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif yaitu
menulis kembali data yang diperoleh dari lapangan dan kepustakaan untuk disusun
secara sistematis. Pendekatan deskriptif dimaksudkan untuk memberikan ilustrasi
mengenai Eksistensi Pura Luhur Pucak
Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi
Bali. Sedangkan kualitatif dianggap sebagai suatu pendekatan alternatif
konvensional yang positif untuk bisa memahami tentang Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli,
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Setelah semua data yang
diperlukan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah proses analisis data
seperti pilah memilah data, klasifikasi data dan koordinasi data. Mengingat
penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif maka data dalam penelitian ini
berwujud kata-kata, paragraf-paragraf yang disusun dalam bentuk narasi. Dalam
penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan terus
menerus sampai datanya jenuh (Sugiyono, 2010:333).
Kesimpulan akhir yang merupakan jawaban
dari masalah yang diteliti akan diperoleh dengan langkah-langkah analisis model
Miles dan Huberman dalam (Sugiyono,2010:337-345) mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data
reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.
1.
Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.
Seperti telah dikemukakan, makin lama penelitian ke lapangan, maka jumlah data
akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu.
2.
Penyajian data
Setelah data direduksi maka langkah
selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dlam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut.
3.
Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data
kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.8 Kerangka Berpikir
g.
Berdasarkan Defenisi Konsep dan landasan teori diatas,
maka penelitian ini dilaksanakan dengan kerangka berpikir bahwa Pura Luhur Pucak Padang Dawa ini memiliki
struktur, sehingga dengan adanya struktur ini menyebabkan nilai-nilai
pendidikan agama hindu dapat di ketahui dengan jelas, dan Pura Luhur Pucak Padang Dawa juga
memiliki fungsi bagi umat hindu sehingga Pura Luhur Pucak Padang Dawa merupakan
sumber kesejatraan dan nunas
pasupati.
Daftar Pustaka
Sudarsana, I Ketut, Koleksi Purana Dewa
Bangsul.
Sudharta, Cok Rai, 2005, Upadesa,
Surabaya, Paramitha.
Ngurah Putra I Gusti, 2001, Pura Luhur
Pucak Padang Dawa.
Arkunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta.
Ardana, I
Made. 2009. Eksistensi Pura Watu Klotok Sebagai Linggih Pesucian Ida Bhatara
Besakih di Desa Tojan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung. Skripsi IHDN
Denpasar.
Ardana, I
Gusti Gede.1988/1989. Kahyangan Tiga.tt.
…………,2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Edisi keempat).Jakarta:PT. Gramedia PustakaUtama.
Diputra,
Putu Norka. 2019. Eksistensi Pura Sibi Agung Di Desa Pakraman Siangan, Desa
Lebih, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar (Perspektif Pendidikan Agama
Hindu). Skripsi IHDN Denpasar
Frodizi,
Risieri. 2011. Filsafat Nilai.
Pustaka Pelajar.
Gulo, W.
2004. Metodologi Penelitian.
Jakarta:PT. Gramedia Widiarsana Indonesia
Hamalik.
2011.Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta:PT. Bumi Aksara
Iqbal,
Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi
Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Pustaka Pelajar Indonesia.
Iskandar.
2013. Metodologi Penelitian Pendidikan
dan Sosial. Jakarta:Referensi
Koentjaraningrat.2005.Pengantar Antropologi Pokok-pokok etnografi-II.
Jakarta:Karya
Maleong,
dkk. 2001. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Mardiyanta,
I Wayan. 2008. Pura Gerombong Di Desa Pakraman Batu Ringgit Kecamatan Kubu
Kabupaten Karangasem Tinjauan Pendidikan Agama Hindu. Denpasar: IHDN.
Nawawi,
Hadari, H. 2005. Metodelogi Penelitian
Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Poerwadarminta,
W ,J.S 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
P.J.
Soetmulder. 1995 Kamus Jawa Kuna
Indonesia
Ridwan,
2004. Skala Pengukuran Variabel-variabel
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono,
2005. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Wiana, I
Ketut. 1994. Bagaimana Umat Hindu
Menghayati Tuhan. Denpasar: Manikgeni
…………….,2000.
Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan.
…………….,2004.
Makna Upacara Yadnya dalam Agama Hindu.
Surabaya: Paramita
………………,
2006. Sembahyang Menurut Hindu.
Surabaya: Paramita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar