Selasa, 16 Mei 2017




proposal penelitian pura luhur pucak padang dawa

(I GEDE EKA WINDU SAPUTRA)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
(Titib, I Made:1989) Pura merupakan salah satu tempat yang mempunyai nilai sacral dan sangat disucikan oleh umat Hindu di Indonesia, karena Pura merupakan bagian pertama yang mempunyai fungsi secara khusus untuk kepentingan sosial religius keagamaan yaitu sebagai tempat sembahyang atau sujud bhakti untuk memuja kebesaran Ida Hyang Widhi Wasa dan segala manifestasinya. Umat Hindu bukanlah menganut kepercayaan yang politheisme, karena membangun banyak Pura, seperti Pura Kahyangan Tiga, Pura Sad Kahyangan, Pura Kahyangan Jagad, Pura Swagina dan Pura yang lainnya. Akan tetapi umat Hindu menganut paham atau kepercayaan yang monotheisme, karena yang di stanakan di pura – pura tersebut adalah prabhawa atau manifestasi Ida Hyang Widhi Wasa dengan berbabagai Kemahakuasaannya.
Pada zaman dahulu salah seorang tokoh besar Agama Hindu dari Jawa datang ke Bali, beliau bernama Mpu Kuturan, Beliau datang ke Bali pada masa pemerintahan Sri Udayana Warmadewa ( pada abad ke X ). Mpu Kuturan sangat berjasa besar dalam pembinaan umat Hindu khususnya dalam mendirikan Pura Kahyangan Tiga, yang dibangun di tiap – tiap desa pekraman Bali. Namun lain halnya dengan umat Hindu di luar Bali, pembangunan Pura Kahyangan Tiga di bangun secara TRI TUNGGAL, dimana dalam hal ini pura dibangun sebagai tempat pemujaan bersama untuk pengikat kebersamaan umat dalam satu desa yang mengikat.
Pada abad ke XVI datanglah seorang tokoh agama yang arif bijaksana dan berjasa besar dalam bidang agama Hindu, beliau bernama Dang Hyang Dwi Jendra yang berasal dari Jawa Timur. Di Bali beliau terkenal dengan sebutan Pedanda Sakti Wau Rauh, beliau sangat banyak mengajarkan ajaran-ajaran keagamaan dan tata cara pelaksanaan upacara agama, sehingga dalam pelaksanaan upacara agama Hindu dikenal dengan adanya Tiga tingkatan upacara Yadnya yang terdiri dari :
-          Tingkat Nista
-          Tingkat Madya
-          Tingkat Utama
Sehingga pelaksanaan upacara agama Hindu tersebut telah menjadi tradisi luhur bagi umat Hindu di Bali dan di luar Bali. Dimanapun mereka berada, sampai saat ini ketiga tingkatan upacara yadnya tersebut masih menjadi pedoman di dalam menjalankan upacara kegamaan, yang otomatis menjadi tanggung jawab seluruh umat Hindu.
Adapun keberadaan Pura Luhur Pucak Padang Dawa, pura ini di bangun di atas puncak bukit padang dawa dengan alam yang sangat indah. Pura Luhur Pucak Padang Dawa yang berlokasi di desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, di empon oleh enam (6) desa pakraman seperti : Desa pakraman Apit Yeh, Desa Pakraman Umapoh, Desa Pakraman Titigalar, Desa Pakraman Bangli, Desa Pakraman Munduk Andong, Desa Pakraman Sandan. Pura di Bali yang jumblahnya ribuan dan ini dibagi menjadi beberapa golongan, karena pada kenyataannya tidak semua pura merupakan tempat pemujaan bagi masyarakat umum karena ada kemungkinan pura tersebut pemujaan kelompok orang/masyarakat yang menganggab dirinya tunggal, sung sungan/penyungsung.(Jamaina: 2007:02).
Seperti diketahui berdasarkan pada masyarakat penyungsung pura di Bali di Klasifikasikan atas beberapa kelompok yaitu:
a.       Pura kawitan yaitu : Pura tempat pemujaan yang berdasarkan Wit / asal karena faktor genealogis misalnya : sanggah / merajan, kawitan, dadia.
b.      Pura suagina yaitu : Pura tempat pemujaan diikuti oleh propesi yang sama dalam suatu sistem mata pencaharian, misalnya: pura subak / pura ulun suwi, pura melanting.
c.       Pura kahyangan tiga yaitu : pura yang ada pada tiap – tiap desa pekraman yang penyungsungannya adalah waarga masyarakat yang ada diwilayah desa pakraman tersebut, seperti pura desa, pura puseh, pura dalem, yang merupakan wahana pemujaan tri murti.
d.      Pura kahayangan jagat yaitu : pura yang umum tempat pemujaan kebesaran ida sang hyang widhi, dalam segala prabhawanya / manifestasinya, seperti pura dhang kayangan dan kahyanagan jagat (Sudarsana, dalam ngurah putra, 2001: 3)
Dari pengklasifikasian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pura luhur pucak padang dawa tergolong dalam pura kahyangan jagat.
Mengenai judul ini penulis memandang sangat penting diadakan penilitian lebih lanjut untuk mengetahui dan mendalamai asal usul (sejarah), struktur dan fungsi serta perspektif pendidikan agama Hindu yang terkandung didalamnya. Salah satu keunikan yang terdapat di Pura Luhur Pucak Padang Dawa disamping difungsikan sebagai Pura kahyangan jagat juga sebagai tempat memohon pengobatan ( tetambaan ) dan juga tempat memohon pasupati dari sang hyang pasupati yang melinggih di sana. Dari hal – hal penting diatas inilah yang menjadikan salah satu alasan untuk mengkaji dan meniliti lebih lanjut dengan tema :
EKSISTENSI PURA LUHUR PUCAK PADANG DAWA DESA BANGLI KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI  (PERSPEKTIF AGAMA HINDU ).

1.2.       Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalan diantaranya sebagai berikut :
a.       Bagaimanakah Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali?
b.      Bagaimanakah Struktur dan Fungsi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali?
c.       Nilai-nilai Pendidkan Agama apa sajakah yang terdapat pada Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali?




1.3.       Tujuan Penelitian
Berhasil tidaknya suatu tujuan yang dicapai sangat ditentukan oleh perencanaan dan rumusan masalah yang jelas. Hal ini nantinya dapat dijadikan pedoman mengenai apa yang dikerjakan. Adapun tujuan penilitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1.  Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang keagamaan terkait dengan Pura Luhur Pucak Padang Dawa.
1.3.2.  Tujuan Khusus
Adapun Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa
2.      Untuk mengetahui Struktur dan Fungsi dari Pura Luhur Pucak Padang Dawa
3.      Untuk mengetahui Nilai – Nilai Pendidikan Agama Hindu yang terdapat Pura Luhur Pucak Padang Dawa

1.4.       Manfaat Penelitian
Sebuah penilitian sudah tentu diharapkan akan menghasilkan manfaat. Dengan demikian manfaat yang penulis maksud dalam proposal ini dapat dilihat dari dua segi yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis adapun uraiannya adalah sebagai berikut :


1.4.1.      Manfaat Teoritis
Karya tulis ini adalah merupakan sebuah usaha kerja keras agar dapat mengembangkan materi yang didapatkan pada waktu kuliah dengan mengaitkan terhadap kenyataan di lapangan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan menambah wawasan. Selain itu ini dapat dijadikan acuan (pustaka).
1.4.2.      Manfaat Praktis
1.      Bagi masyarakat Desa Bangli, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan salah satu sumber bacaan untuk memahami Pura Luhur Pucak Padang Dawa
2.      Bagi lembaga pendidikan (kampus), hasil penelitian ini sebagai motivasi dalam mengembangkan system pendidikan yang berbasis sosial terkait dengan keberadaan Pura Luhur Pucak Padang Dawa Bagi penelitian, hasil penelitian ini sebagai fefrensi untuk penelitian selanjutnya.






                                                                        BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI

2.1.       Kajian Pustaka
Kajian pustaka penelitian digunakan untuk menganalisis dokumen – dokumen yang membuat informasi yang berkaitan dengan Masalah penelitian. Suprayoga dan Tabroni (2001), menyatakan bahwa kajian kepustakaan meliputi pengidentifikasian secara sistematis penemuan dan analisis – analisis dokumen – dokumen yang memuat informasi – informasi yang berkaitan dengan maslah penelitian. Adapun beberapa hasil penelitian yang penulis jadikan kajian pustaka adalah sebagai berikut :
Adnyana (2012) dalam skripsinya yang berjudul eksistensi Pura Gunung Tap Sai di Banjar Adat Puregai Kecamatan Rendang Kabupaten Karang Asem (perspektif pendidikan Agama Hindu). Hasil penelitiannya menjelaskan struktur Pura gunung tap sai terdiri dari tiga halaman yakni Jaba sisi (Nista Mandala), jaba tengah (Madya Mandala) dan Jeroan (Utama Mandala), Pura Gunung Tap Sai memiliki dua fungsi yakni Fungsi Religius dan Fungsi Sosial, Adnyana juga menjelaskan pura gunung tap sai memiliki nilai-nilai pendidikan agama hindu yang meliputi Nilai Religius, nilai Tatwa, nilai Etika, nilai Sosial dan nilai Estetika, dilihat dari hasil penelitian adnyana puragunung tap said an pura kauh memiliki kesamaan struktur hanya saja struktur Pura Kauh di bagian Jeroan (Utama Mandala) di bagi menjadi dua bagian yaitu Mandala Luhur dan Mandala Alit. Kontribusi penelitian Adnyana dalam penelitian ini adalah untuk membantu menganalisis permasalahan, struktur, fungsi dan nilai-nilai pendidikan agama hindu yang terdapat di Pura Puncak Luhur Patila.
Diputra, (2010) dalam Skipsinya yang berjudul Eksistensi Pura Sibi Agung di desa pakraman Kesian, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar (perspektif pendidikan agama hindu). Hasil penelitiannya menjelaskan struktur Pura Sibi Agung terdiri dari tiga halaman yakni Jaba Sisi atau Nista Mandala, jaba tengah atau Madya Mandala, dan Jeroan atau Utama mandala, Diputra juga menjelaskan fungsi Pura Sibi adalah untuk menyimpan Arca-arca Kuno yang dulunya berserakan, sebagai cagar budaya serta untuk memuja tuhan serta manifestasi beliau agar senan tiasa di berikan keselamatan. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam Pura Sibi Agung adalah nilai tatwa, etika, upakara, nilai sosial dan nilai estetika. Kontribusi dari penelitian Diputra akan membantu dalam menganalisis permasalahan Nilai-nilai pendidikan yang terdapat di Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali (Perspektif Pendidikan Agama Hindu).
Ardana, (2009) dalam skripsinya yang berjudul”Eksistensi Pura Watu Klotok sebagai linggih penyucian Ida Batara Besakih di Desa Tojan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung (Kajian Pendidikan Agama Hindu)” dinyatakan bahwa Pura Watu Klotok sebagai salah satu Pura yang ada di Desa Tojan yang berperan efektif sebagai salah satu Media pendidikan yaitu Sebagai Linggih Penyucian Ida Bhatara Besakih di Desa Tojan nilai pendidikan yang terdapat dalam penelitian ini mengenai bentuk Sradha dan Bhakti Generasi muda untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan ajaran agama hindu secara menyeluruh. Jika ditinjau dari permasalahan yang dibahas dalam penelitian Ardana lebih memfokuskan pada peranan Pura Watu Klotok sebagai Linggih Penyucian Ida Bhatara Besakih sebagai salah satu media pendidikan bagi para generasi muda hindu di desa Tojan, mengacu pada hal ini dapat diketahui penelitian yang sekarang mempunyai kelebihan karna tidak hanya membahas Struktur pura, Eksistensi Pura tetapi juga membahas Fungsi Pura dan nilai-nilai pendidikan agama hindu yang terkandung didalamnya. Kontribusinya terhadap penelitian ini adalah membantu dalam menganalisis permasalahan tentang fungsi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Mardianta, (2008)  dalam skripsinya yang berjudul Pura Gerombongan di Desa Pakraman Batu Ringgit Kecaman Kubu Kabupaten Karangasem Tinjauan Pendidikan Agama Hindu, membahas tentang bentuk pura Gerombong Terdiri dari dua halaman yakni Madya Mandala dan Utama Mandala. Fungsi Pura Gerombongan adalah untuk mkenghormati jasa-jasa Dang Hyang Nirarta dalam usahanya membebaskan masyarakat dari segala musibah, serta sebagai sarana sosial bagi masyarakat secara umum. Nilai-nilai yang terdapat dalam Pura Gerombong adalah nilai pendidikan Tatwa yakni memperkuat keyakinan masyarakat akan kebesaran Tuhan Yang dapat membebaskan masyarakat dari wabah penyakit, sebab meyakini bahwa wabah itu merupakan akibat dari perbuatan roh jahat yang tidak kuasa ditanggulangi oleh manusia, oleh karena itu manusia memohon kepada Tuhan. nilai pendidikan etika yakni melatih sikap agar senantiasa dapat berbuat dan berprilaku sesuai dengan norma yang berlaku dan dilandasi oleh ajaran Tri Kaya Parisudha. Nilai pendidikan Upacara yakni mendidik masyarakat untuk tetap melaksanakan kegiatan yang bersifat Ritual sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya ini dilakukan sebagai Wujud Bhakti dan penyapaian rasa terimakasih atas Anugrah yang diberikannya. Dengan pendidikan Estetika yakni terlihat dari proses pembuatannya yang dihiasi dengan berbagai hiasan disamping memiliki nilai Magis juga mengandung unsur seni. Mengacu pada hal ini penelitian yang sekarang mempunyai kelebihan disamping membahas Eksistensi, juga membahas fungsi struktursl bangunan pura serta mengkaji nilai-nilai pendidikan agama hindu. Kontribusi dari peneltian Mardianta terhadap penelitian ini adalah sebagai penunjang dalam mengkaji permasalahan tentang fungsi, serta nilai pendidikan agama hindu yang terdapat dalam Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
Suarsana, (2003) dalam bukunya Pura Kehen sebagai pemersatu Krama Bangli menjelaskan Pura Kehen Pada dulunya bernama Hyang Api kemudian bernama Pura Kehen, Struktur Pura Kehen terbagi menjadi tiga halaman, halaman pertama Jaba sisi atau Nista Mandala, Jaba Tengah atau Madya Mandala dan Jeroan atau Utama Mandala. Keunikan dari pura ini terletak pada Kulkul yang berada diatas Pohon Bringin yang tumbuh dihalaman Jaba tengah atau Madya Mandala, Buku ini juga menjelaskan Pura Kehen Merupakan Pemersatu Krama Bangli ketika kerajaan Bangli dahulu kala mengalami wabah penyakit. Kontribusi terhadap penelitian ini adalah untuk membantu membedah struktur, Fungsi dan keunikan dari Pura Luhur Pucak Padang Dawa.





2.2.       Konsep
Dalam sebuah penelitian konsep sangat penting agar dapat membangun teori. Konsep merupakan suatu pengertian yang terlebih dahulu harus dipakai dalam suatu penelitian ilmiah. Dalam hal ini pengertian konsep adalah istilah yang menunjuk pada suatu pengertian tertentu ( Gulo, 2004:8 ).
Anwar dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia (2001:214) mengatakan bahwa konsep berarti rancangan surat – surat, sedangkan konsepsi ini berarti pendapat, pangkalan pendapat, rancangan, cita – cita dan sebagainya yang telah ada dalam fikiran.
Landasan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pusataka untuk memecahkan masalah penelitian. Landasan konsep dalam penelitian ini memuat uraian sistematis tentang pemikiran yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Penulis mencari pengertian – pengertian atau konsep – konsep yang relevan dengan variabel – variabel yang menjadi topik dalam penelitian ini, sehingga diperoleh pemahaman yang komperhensip terhadap permasalahan yang dikemukakan berturut – turut, yaitu : (1) Eksistensi (2) Pura  (3) Struktur (4) Fungsi (5) Perspektif Pendidikan Agama Hindu.
2.2.1 Eksistensi
Depdiknas (2008:357) menyebutkan bahwa Eksistensi adalah hal berada, keberadaan, kehidupan. Eksistensi bisa juga kita kenal dengan satu kata yaitu keberadaan. Keberadaan yang dimaksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Eksistensi ini perlu “diberikan” orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan kita diakui. Tentu akan terasa sangat tidak nyaman ketika kita ada namun tidak satupun orang mengangap kita itu ada oleh karena itu pembuktian akan keberadaan kita dapat dinilai dari beberapa orang yang menanyakan  atau setidaknya merasa sangat membutuhkan kita jika tidak ada. Dari uraian yang telah dipaparkan maka eksistensi dapat diartikan dengan keberadaan suatu hal yang nantinya digunakan untuk mengungkapkan sesuatu.

2.2.2 Pura
Sebelum  menguraikan lebih lanjut tentang pengertian pura maka kami akan menguraikan dari segi arti katanya. Kata pura berasal dari bahasa sansekerta dari urat kata “pur” yang berarti kota atau benteng (soetmalder, dalam kamus jawa kuno – indonesia, 1995:882) dari pengetahuan ini maka dapat  diprediksikan bahwa adanya suatu tempat khusus bagi keperluan tertentu dengan dipagari oleh suatu benda ataupun pelindung dari tempat yang ada didalam. Yang kami maksud pura, karena arti kata pura itu adalah benteng, maka didalam lingkungan pura terdapat peraturan – peraturan tertentu yang melarang orang sembarangan untuk masuk, melarang hal-hal yang kurang baik menurut ajaran etika dan moral untuk dilakukan dipura. Perlu  diketahui bahwa orang yang dimaksud dilarang untuk masuk kedalam areal pura adalah orang yang sementara dalam keadaan cuntaka/sebel (Bahasa Bali). Begitu pula halnya pada wanita tidak boleh masuk ke areal pura apabila dia sedang mengalami haid (menstruasi). Perlu juga  diketahui bahwa tujuan dan fungsi tempat suci dibangun secara khusus adalah sebagai tempat untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa serta Prabhawanya untuk mendapatkan Wara Nugraha ( Soebandi, 1983:20).
Di jawa kata “Pura” berarti rumah raja atau petinggi pejabat pada zaman dahulu seperti Madakarya Pura, Pura Paku Alam dan lain sebagainya. Di dalam perkaembangan sejarah Bali, bahwa di bali sebelum Abad ke – XVII, kata pura masih berarti rumah raja seperti Ringga Pura, Succa Pura dan Semara Pura. Sedangkan tempat suci di Bali di sebut kahyangan. Sejak abad ke-XVII istilah pura sebagai sebutan rumah raja, berubah pengertiannya diuraikan menjadi tempat suci, sedangkan rumah raja tidak lagi disebut pura melainkan disebut puri. Maka itulah muncul istilah pura dan puri sekarang ini.
Keberadaan tempat suci oleh umat Hindu dipandang sebagai yang sangat utama dalam ibadah agama, yang merupakan sarana bagi umat yang akan menghubungkan dirinya dengan dunia kesucian. Karena untuk dunia kesuciannya, kesakralannya dan kekeramatannya mulai dari awal pendiriannya. Pemilihan bahan, sampai pada pelaksanaan upacaranya dengan segala konsep – konsep dasar yang melandasi tidak bisa diabaikan begitu saja. Kesemuanya itu dilakukan guna mendapatkan kepuasan dan kedamaian bathin. Bagi orang yang beriman bila kedamaian bathinnya belum stabil tetap memandang bahwa segala penderitaan yang dialami adalah merupakan ujian baginya, mereka tidak akan pernah mencari jalan bagaimana Bhakti itu diwujudkan dalam arti yang sebenarnya, baik beruapa sarana pemujaan, berupa tempat suci maupun persiapan – persiapan lain yang diperlukan.
Lebih mendalam Wiana (1983) memberikan penjelasan tentang pengertian dan fungsi pura dan perspektif filosofi, bahwa pura pada hakekatnya merupakan lambang alam semesta seperti tersirat dalam Anda Bhuana dan Kekawin Dharma Surya, yang mempunyai dua fungsi pokok yaitu :
1.        Dewa Prastita adalah sebagai tempat pemujaan Dewa – Dewa tertentu sebagai manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa.
2.        Atma Pratista adalah sebagai tempat pemujaan leluhur atau roh yang disucikan secara ritual.

2.2.3 Pengelompokkan Pura
Pura merupakan tempat suci yaitu tempat pemujaan oleh umat Hindu di Bali, bila ditinjau dari segi obyek/sasaran pemujaan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu : Pura Umum dan Pura Kahyangan Jagat adalah merupakan tempat pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau sebagai manifestasi Beliau. Pura Kulawarga adalah tempat suci untuk memuja roh para Rsi yang telah berstatus para Dewa – Dewa atau Betara – Betari. Sedangkan ditinjau dari segi fungsi/status, pura yang ada di Bali dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu : (1) Pura Kahyangan Jagat (umum), (2) Pura Kahyangan Desa ( Teritorial), (3) Pura Swagina ( Fungsional), (4) Pura Kulawarga (geneologis). Menurut (Soebandi, 2007:65), berhubungan dengan Pura sebagai tempat suci umat Hindu, berikut kami uraikan sebagai berikut :
1.      Pura Kahyangan Jagat ( Umum )
Pura Kahyangan Jagat (umum) ini sebagai tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang penyungsungnya berasal dari seluruh lapisan masyarakat, tidak terikat oleh garis keturunan, kesatuan wilayan atau propinsi seseorang. Yang termasuk pura Kahyangan Contohnya : Pura Besakih dan Pura – Pura Sad Kahyangan lainnya.
2.      Pura Kahyangan Desa (Teritorial)
Pura Kahyangan Desa adalah pura yang mimiliki kesatuan desa adat sebagai tempat pemujaan dari anggota masyarakat desa adat di wilayahnya. Pura Kahyangan Desa ini adalah tempat suci untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta berbagai manifestasi-Nya. Yang termasuk pura kahyangan desa adalah Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem dan yang lainnya.
3.      Pura Swagina (fungsional)
Pura Swagina adalah tempat suci untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang berhubungan dengan profesi mata pencaharian hidup, baik dalam bentuk pertanian, nelayan, maupun pedagang. Adapun yang tergolong Pura Swagina seperti Pura Subak, Pura Segara, Pura Melanting dan lain-lain. Pada intinya pura swagina ini adalah pura yang disungsung oleh orang – orang yang mempunyai kekayaan.
4.      Pura Keluwarga
Pura Keluwarga adalah tempat suci untuk pemujaan – pemujaan pada leluhur yang mempunyai ikatan garis keturunan, adapun pura yang termasuk Pura Keluwarga adalah sanggah atau merajan, Pura Kawitan, Paibon, Kawitan, Dadya, sampai pedarman (kesimpulan paruman sulinggih se Bali, 1997:1-2).

2.2.4  Pura Luhur Pucak Padang Dawa
Dilihat dari segi letak dan fungsinya Pura Luhur Pucak Padang Dawa ini sama dengan pura kahyangan jagat lainnya, Pura ini dikenal sebagai tempat untuk nunas pasupati. Karena kesakralan yang dimiliki oleh pura ini, maka banyak sesuunan (Barong dan Rangda) yang  tangkil kepura ini untuk nunas pasupati. Sesuunan yang tangkil ke pura ini bukan hanya dari daerah Kabupaten Tabanan saja, kan tetapi dari kabupaten yang ada di Bali khususnya di Bali bangian tengah yaitu : Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli.
2.2.5  Perspektif
Perspektif menurut kamus Besar Bahasa Indonesia juga dapat diartikan cara pandang (Poerwadrminta, 1984:743). Dari pendapat diatas tentang perspektif, maka dalam penelitian pada Pura Luhur Pucak Padang Dawa dari pendidikan Agama Hindu.

2.2.6  Pendidikan Agama Hindu
Sebelum menguraikan tentang pengertian Pendidikan Agama Hindu, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian Pendidikan secara umum. Pendidikan Menurut UUR.I. No 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1 Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan peranannya di masa yang akan datang. ( Hamalik,2011:3) Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mmenyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia baik didalam maupun diluar sekolah. Menurut pernyataan dari beberapa para ahli dapat disimpulakan sebagai berikut : pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan secara luas, berencana terarah dan terus menerus yang ditempuh oleh seorang dalam rangka untuk memajukan secara lahir dan batin, serta untuk mencapai kepribadian dan sikap mental, budi pekerti serta melaksanakan amal kebutuhan (Nawawi, 2001:8).
Agama dalam bahasa sansekerta berasal dari dua kata yaitu A dan Gam, A berarti tidak dan Gam berarti pergi, jadi Agama berarti tidak pergi. Tetap di tempat, langgeng, diwariskan turun temurun. Dalam jiwa kerohaniannya agama itu adalah dharma dan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jaman kehidupan.
Hindu merupakan salah satu agama yang ada di dunia yang memiliki latar belakang sejarah yang sangat unik. Agama Hindu merupakan agama yang tertua di dunia. Dalam buku pengantar Agama Hindu untuk perguruan tinggi dijeskan bahwa kata agama Hindu berasa dari bahasa Yunani yaitu Hydras atau Hidas  sebagai nama untuk menyebutkan kebudayaan atau agama yang berkembang di lembah sungai Shindu, Hydras berarti air, dalam weda air berarti thirta. Sehingga Agama Hindu di Bali berarti Agama thirta karena dalam setiap pelaksanaan kegiatan ritualnya selalu menggunakan thirta (air). Thirta  berarti pula suci.
Dari pengertian tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa pendidikan agama Hindu merupakan suatu pendidikan melalui ajaran agama Hindu dengan tujuan untuk meningkatkan sradha dan Bhakti  anak terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa, meningkatkan kecerdasan, keterampilan dalam menjalankan ajaran agama mepertinggi budhi pekerti memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

2.3.       Teori
Didalam pembuatah karya ilmiah tentunaya menggunakan teori akan sangat diperlukan karena karya ilmiah akan lebih sepmpurana apabila disertai oleh landsan teori. Landasan teori merupakan pijakan atau dasar yang dipakai didalam membedah masalah, sehingga akan didapatkan suatu rumusan hipotesis atau pertanyaan – pertanyaan yang dikaji.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai 3 fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala. ( Sugiyono,2013:54)
Dari uraian teori tersebut diatas, sudah jelas bahwa teori sangat berguna untuk membantu memecahkan segala permasalahan dalam penelitian ini. Didalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa bentuk teori untuk menguatka hasil penelitian yang didapat.

2.3.1.      Teori Eksistensialisme
Istilah eksistensi berasal dari kata eksistra (eks-keluar, sister-ada atau berada) dengan demikian eksistensi memiliki arti sebagai sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya atau sesuatu yang mampu melampui dirinya sendiri. (http://m.kompasiana.com/post/read/643602/3/konsep-teori-eksistensialisme).
Teori eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi, cara beradanya tidak sama. Manusia berada di dlam dunia; ia mengalami beradanya di dunia itu; manusia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon, batu, dan salah satu diantaranya ialah mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Arti dari semua itu adalah bahwa manusia merupakan subjek. Subjek artinya yang menyadari, yang sadar. Dalam penelitian ini teori eksistensi yang dimaksud adalah suatu keberadaan tentang Pura.
Maka dari itu sangat tepat digunakan untuk menuntun pola pikir peneliti untuk mengkaji permasalahan yang pertama mengenai eksistensi Pura di Pura Puncak Luhur Patila amatlah penting. Di samping itu juga ingin mengungkapkan lebih dalam lagi tentang keberadaan Pura Luhur Pucak Padang Dawa.

2.3.2.      Teori Fungsional Struktural
Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling keterkaitan dan saling menyatu serta seimbang. (Ritzer, 2003:21)
Adat istiadat suatu bangsa senantiasa membantu keseluruhan suatu sistem tersebut. Jumlah suatu sistem-sistem di atas, dalam buku metodologi penelitian kebudayaan (Suardi Endraswara). Menjelaskan tentang teori struktural dari Levis Straus, bahwa fenomena budaya memiliki realitas yang lebih dari kenyataan empiris. Fenomena yang sebenarnya adalah di balik realitas yaitu Fenomena Simbolis dan Semiotik. Strukturalisme hasil pemikiran ilmiah tetapi masih tetap manusiawi.
Menurut Redeliffe Brown (Endraswara, 2003:109), menolak sengan adanya fungsi yang tidak dikaitkan dengan struktur sosial. Dalam kaitan ini ada sumbangan institusi sebagai upaya pengekalan struktur sosial. Maka kunci pokok analisis fungsionalisme struktural budaya adalah adanya asumsi dasar bahwa budaya bukan pemuas kebutuhan individu, melainkan kebutuhan kelompok.
Redeliffe Brown berpandangan bahwa dalam kehidupan manusia terdapat hubungan sosial yang khusus dan membentuk satu keseluruhan yang ada seperti halnya struktur organik. Karena itu dalam analisis fungsi hanya menghubungkan antara institusi sosial dan kebutuhan manusia. Istilah fungsi dalam struktur sosial adalah fenomena sosial yang dilihat dalam masyarakat manusia bukanlah semata-mata keadaan individu, tetapi dilihat dari hasil struktur sosial yang menyatukan mereka.
Pura merupakan institusi keagamaan selain sebagai tempat beribadah juga berfungsi sebagai tempat belajar Agama yaitu Tattwa, Etika, dan upakara. Dalam kaitannya dengan Pura Puncak Luhur Patila mempunyai fungsi yang sangat vital bagi masyarakat Agama Hindu khususnya yang ada di sekitarnya.

2.3.3    Teori Nilai
Nilai merupakan tema baru dalam filsafat aksiologi, cabang filsafat yang memlajarinya, muncul untuk yang pertama kalinya pada paruh kedua abad ke-19. Adalah benar bahwa telah mengilhami lebih daripada seorang filsuf, bahwa plato telah membahasnya secara mendalam dalam karyanya, dan bahwa keindahan, kebaikan dan kekudusan merupakan tema yang penting bagi para pemikir ddi sepanjang jaman.
Dalam hakekatnya nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai ketidaktergantungan ini mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas a priori. Selain itu, nilai itu mutlak, nilai tidak dikondisikan oleh perbuatan, tanpa memperhatikan hakekatnya, nilai itu bersifat historis, sosial, biologis atau murni individual. Hanya pengetahuan kita tentang nilai yang bersifat relatif, bukan nilai itu sendiri ( Frondizi, 2011:114-115).
Pengertian nilai banyak sekali yang dipaparkan oleh beberapa filsuf yang membahas mengenai pengertian nilai tersebut : 1) bagi Koentjaraningrat, nilai adalah ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai di dalam kehidupan. Konsepsi-konsepsi serupa itu biasanya luas dan kabur. Justru karena kabur atau irasional biasanya berakar dalam bagian emosional dari alam jiwa manusia, dalam pendekatan lain dinyatakan bahwa nilai muncul dari konflik. 2) Bagi Plato nilai adalah esensi – esensi yang dikenal oleh institusi dan termuat dalam semacam alam hierarkis, pada periode modern yang ditandai minat semakin besar pada aksiologi.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa nilai adalah ajaran-ajaran atau tuntunan kemanusiaan untuk kehidupan manusia dalam iteraksinya dengan lingkungannya sesuai dengan sifatnya baik bersifat normatif ataupun sosial. Terkait dengan penelitian ini, teori nilai digunakan untuk menuntun pola pikir peneliti untuk mengkaji permasalahan yang ketiga mengenai nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu terhadap keberadaan Pura Luhur Pucak Padang Dawa.









                                                                            BAB III
METODE PENELITIAN

            Pada umumnya upaya memperoleh data salam suatu penelitian digunakan berbagai macam metode. Kebenaran suatu pengetahuan yang diperoleh dalam melakukan penelitian sangat tergantung pada metode yang digunakan, karena metode digunakan sebagai jalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. dengan kata lain bahwa metode sangat menunjang keberhasilan suatu penelitian.
            Metode berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata “methodes” yang artinya cara atau jalan (Koenjtaraningrat, 2005). Jadi metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tercapai atau tidaknya tujuan yang diinginkan tergantung kepada metode yang digunakan. Tujuan dari suatu penelitian terutama dalam suatu ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan, mengembangkan dan pengujian. Untuk mencapai kepada tujuan tersebut diperlukan metode yang tepat dan dapat dipertangung jawabkan secara ilmiah, sehingga dapat diterima oleh dunia ilmu pengetahuan.
            Berdasarkan uraian diatas tentang pentingnya metode dalam suatu penelitian, oleh karena itu dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan metode-metode sebagai berikut : 1) Jenis dan Pendekatan Penelitian, 2) Lokasi dan Waktu Penelitian, 3) Jenis dan Sumber Data, 4) Objek dan Subjek Penelitian, 5) Teknik Penentuan Informan, 6) Metode Pengumpulan Data, 7) Metode Analisis Data.


3.1     Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci (Sugiyono,2010:15). Hal ini berarti bahwa penelitian kualitatif bekerja dalam seting yang alami yang berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada fenomena-fenomena yang benar-benar terjadi yang dilihat dari arti yang diberikan orang – orang kepadanya.
d.      Sehubungan dengan penelitian yang dilaksanakan ini, maka jenis penelitian yang dilaksanakan adalah kualitatif, karena dalam penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta atau masalah – masalah yang diselidiki, terutama kaitannya dengan masalah Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali dengan jalan mengungkapkan secara dipergunakan dalam penelitian ini menyeluruh gejala atau fenomena yang berhubungan dengan topik penelitian yang sedang dilaksanakan. Sedangkan pendekatan yang adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif  kualitatif adalah suatu pendekatan yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang suatu gejala pada saat penelititan dilakukan, mengingat permasalahan yang ingin diangkat merupakan masalah pendidikan Agama Hindu yang perlu diungkapkan baik dari segi fungsi dan nilai pendidikan Agama Hindu.


3.2          Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan Lokasi penelitian sangatlah penting dalam penelitian, agar tidak melebarnya permasalahan yang dibahas. Pada umumnya lokasi penelitian adalah untuk mengetahui keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga (Maleong, 2001:86). Lokasi merupakan bagian penting dalam melakukan suatu penelitian, penelitian tidak dapat dilaksanakan tanpa ditentukan lokasi terlebih dahulu.
a.       Berdasarkan judul penelitian, maka lokasi penelitian sudah ditetapkan yakni Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. yang terletak di puncak bukit pandang dawa. Lokasi penelitian yang sulit dijangkau dan memiliki tingkat kesakralan tinggi serta kondisi lingkungan yang sejuk cocok untuk melakukan penelitian.

3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dapat dibedakan menjadi dua jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata sedangkan data kuantitatif merupakan data yang berhubungan dengan pengolahan angka, perhitungan atau seluruh data yang dapat dinyatakan dengan pengolahan angka, perhitungan atau seluruh data yang dapat dinyatakan dengan perhitungan angka. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata – kata (Ridwan, 2004:106).
Data adalah merupakan sumber keterangan tentang suatu hal sebelum digunakan dalam proses analisis, data itu perlu dikelompokkan terlebih dahulu. Data juga dikatakan sebagai sumber informasi yang dapat dikembangkan sehingga dapat memberikan jawaban dari rumusan masalah. Berdasarkan sumber pengambilannya,  data dapat dibedakan menjadi :

3.3.1 Data Primer
Data primer data yang diperoleh dengan melakukan observasi atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti atau yang bersangkutan yang memelukannya dengan metode wawancara dan observasi. Data primer ini, disebut juga data asli (Iqbal, 2002:82).

3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini, biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan penelitian terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia (Iqbal, 2002:82).
Jenis dan sumber data yang didapatkan di lapangan merupakan kunci utama untuk dapat menghasilkan bentuk penelitian yang efektif dan efisien. Sehingga penelitian yang dilakukan memiliki kegunaan terhadap perkembangan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan pendidikan dan pelestarian budaya dalam agama.



3.4  Subjek dan Objek Penelitian
Dalam suatu penelitian ditentukan oleh subjek dan objek penelitian yang nantinya digunakan sebagai sumber pendukung untuk penelitian.

3.4.1. Subjek Penelitian
a.             Subjek adalah suatu hal yang menjadi sumber data. Sumber data dapat berupa, person (sumber data berupa orang), place (sumber data berupa tempat) dan paper (sumber data berupa huruf, angka, gambar dan simbol – simbol lainnya). Subjek penelitian adalah setiap individu yang akan diselidiki atau yang akan diteliti (Arikunto, 2002:107). Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah warga di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.

3.4.2  Objek Penelitian
            Sebelum memahami objek, perlu kiranya diketahui pengertian variabel dalam penelitian. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,2002:96). Dalam rangka untuk memperoleh data sesuai dengan sasaran yang dituju, maka dipandang perlu menetapkan objek penelitian.
a.             Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa objek merupakan sasaran penelitian atau target riset ilmiah yang akan dipecahkan pembahasannya. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
.
3.5  Teknik Penentuan Informan
Informan adalah orang yang memberi informasi, disebut juga sumber informasi. Informan ini juga disebut subjek yang diteliti, karena ia bukan saja sebagai sumber data melainkan pelaku yang ikut menentukan hasil tindakan sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti dan narasumber (informasi) memiliki kedudukan yang sama. Peneliti harus pandai-pandai menggali data dengan cara membangun kepercayaan, keakraban dan kerjasama dengan subjek yang diteliti, disamping tetap kritis dan analisis (Suprayogo dan Tabroni,2001:163).
Pemilihan informan dengan teknik snowball merupakan teknik terbaik dalam penelitian kualitatif terutama dalam hal-hal penelitian topik-topik yang sensitif atau populasi yang sulit dijangkau (Iskandar,2013:222).
Pemilihan informan dengan teknik snowball merupakan teknik terbaik dalam penelitian kualitatif terutama dalam hal-hal penelitian topik-topik yang sensitif atau populasi yang sulit dijangkau (Iskandar, 2013:222).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik penentuan informan secara snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama – lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar. (Sugiyono,2013:219).
a.       Berdasarkan uraian diatas maka informasi atau data yang ingin dicari akan diperoleh melalui wawancara terhadap sampel yang telah ditentukan dalam hal ini sampel yang dimaksud adalah orang yang mengetahui informasi tentang eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
.

3.6 Metode Pengumpulan Data
            Metode Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010:308).
            Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti : (1) Observasi, (2) Wawancara; dan (3) Studi Dokumentasi.

3.6.1   Metode Observasi
Redana (2008:136) disebutkan bahwa “Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas Observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung”. Dapat dikatakan bahwa teknik observasi adalah suatu usaha pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada saat mengadakan pengamatan maupun setelah terjadi pengamatan.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa teknik observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 2005:75).
e.       Teknik observasi bertumpu pada mekanisme pengamatan. Jenis observasi yang di pakai bisa observasi partisipan dan observasi sistematik (Redana, 2008:141). Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipan, yaitu observasi yang melakukan pengamatan langsung atau turut mengambil bagian dalam kehidupan atau berada bersama objek yang diobservasi. Jadi peneliti dalam hal ini ikut terjun kelapangan secara langsung untuk mengetahui keberadaan Pura Luhur Pucak Padang Dawa
, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna pura tersebut.

3.6.2    Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2010:317).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sebagai penelitian dalam penggunaan metode interview adalah bahwa subjek adalah informan yang tahu tentang dirinya sendiri, tentang tindakannya secara ideal yang akan diinformasikan secara benar dan dapat dipercaya (Sugiyono,2013:137-138).
Dengan demikian wawancara merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan melakukan tanya jawab yang sistematis. Wawancara ada dua jenis yaitu wawancara terbuka (tidak berstruktur) dan wawancara tertutup (terstruktur). Wawancara terbuka adalah suatu teknik wawancara yang membiarkan informan berbicara sesuai dengan pengalaman, pengetahuan dan pandangan mereka. Wawancara tertutup adalah teknik wawancara dimana informan memberikan jawaban atas pertanyaan yang akan diajukan peneliti sehingga jawaban yang diberikan sesuai dengan kehendak peneliti.
Teknik wawancara digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh data-data atau keterangan tentang Pura Luhur Pucak Padang Dawa di Desa Bangli. Terkait dengan judul penelitian ini maka teknik wawancara yang digunakan yaitu teknik wawancara terbuka (tidak berstruktur) karena memberikan ruang yang luas kepada informan untuk memberikan jawaban yang seluas-luasnya sesuai dengan pengalaman,pengetahuan dan pandangan mereka mengenai Pura tersebut, namun dalam hal ini penulis hanya membuat pedoman wawancara berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan terkait dengan data yang ingin diperoleh mengenai Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa. Hal tersebut dilakukan agar jawaban informan mempunyai dasar ketika informan tidak menjawab bagian atau indikator permasalahan yang hendak diteliti.

3.6.3  Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,2010:329). Teknik dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek peneliti, namun melalui dokumen. Dokumentasi merupakan barang-barang tertulis di dalam buku panduan praktis penulis karya ilmiah dan proposal riset menurut Lofland “sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleoang dalam Redana 2006:167).
Terkait dengan penelitian ini penulis mendokumentasikan beberapa hal yang berkaitan dengan Pura Luhur Pucak Padang Dawa tersebut melalui foto-foto, buku-buku dan data lain yang diambil pada saat proses penelitian sebagai penguat atau bukti pengumpulan data selama penelitian. Penulis dalam penelitian ini juga memadukan antara studi kepustakaan dengan hasil studi lapangan karena keduanya bersifat complimentary (saling melengkapi) dalam mengadakan proses analisis.

3.7   Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit melalui sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan (Sugiyono,2010:335).
f.              Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif yaitu menulis kembali data yang diperoleh dari lapangan dan kepustakaan untuk disusun secara sistematis. Pendekatan deskriptif dimaksudkan untuk memberikan ilustrasi mengenai Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Sedangkan kualitatif dianggap sebagai suatu pendekatan alternatif konvensional yang positif untuk bisa memahami tentang Eksistensi Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Setelah semua data yang diperlukan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah proses analisis data seperti pilah memilah data, klasifikasi data dan koordinasi data. Mengingat penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif maka data dalam penelitian ini berwujud kata-kata, paragraf-paragraf yang disusun dalam bentuk narasi. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan terus menerus sampai datanya jenuh (Sugiyono, 2010:333).
Kesimpulan akhir yang merupakan jawaban dari masalah yang diteliti akan diperoleh dengan langkah-langkah analisis model Miles dan Huberman dalam (Sugiyono,2010:337-345) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
1.      Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama penelitian ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
2.      Penyajian data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dlam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3.      Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.8    Kerangka Berpikir
g.      Berdasarkan Defenisi Konsep dan landasan teori diatas, maka penelitian ini dilaksanakan dengan kerangka berpikir bahwa Pura Luhur Pucak Padang Dawa ini memiliki struktur, sehingga dengan adanya struktur ini menyebabkan nilai-nilai pendidikan agama hindu dapat di ketahui dengan jelas, dan Pura Luhur Pucak Padang Dawa juga memiliki fungsi bagi umat hindu sehingga Pura Luhur Pucak Padang Dawa merupakan sumber kesejatraan dan nunas pasupati.










Daftar Pustaka
Sudarsana, I Ketut, Koleksi Purana Dewa Bangsul.
Sudharta, Cok Rai, 2005, Upadesa, Surabaya, Paramitha.
Ngurah Putra I Gusti, 2001, Pura Luhur Pucak Padang Dawa.
Arkunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta.
Ardana, I Made. 2009. Eksistensi Pura Watu Klotok Sebagai Linggih Pesucian Ida Bhatara Besakih di Desa Tojan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung. Skripsi IHDN Denpasar.
Ardana, I Gusti Gede.1988/1989. Kahyangan Tiga.tt.
…………,2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi keempat).Jakarta:PT. Gramedia PustakaUtama.
Diputra, Putu Norka. 2019. Eksistensi Pura Sibi Agung Di Desa Pakraman Siangan, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar (Perspektif Pendidikan Agama Hindu). Skripsi IHDN Denpasar
Frodizi, Risieri. 2011. Filsafat Nilai. Pustaka Pelajar.
Gulo, W. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta:PT. Gramedia Widiarsana Indonesia
Hamalik. 2011.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:PT. Bumi Aksara
Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Pustaka Pelajar Indonesia.
Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta:Referensi
Koentjaraningrat.2005.Pengantar Antropologi Pokok-pokok etnografi-II. Jakarta:Karya
Maleong, dkk. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Mardiyanta, I Wayan. 2008. Pura Gerombong Di Desa Pakraman Batu Ringgit Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Tinjauan Pendidikan Agama Hindu. Denpasar: IHDN.
Nawawi, Hadari, H. 2005. Metodelogi Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Poerwadarminta, W ,J.S 1976.  Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
P.J. Soetmulder. 1995 Kamus Jawa Kuna Indonesia
Ridwan, 2004. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Wiana, I Ketut. 1994. Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan. Denpasar: Manikgeni
…………….,2000. Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan.
…………….,2004. Makna Upacara Yadnya dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita
………………, 2006. Sembahyang Menurut Hindu. Surabaya: Paramita








Tidak ada komentar:

Posting Komentar